Tumbu yang selama ini dikenal sebagai kerajinan anyaman yang terbuat dari bambu dan biasanya digunakan sebagai wadah atau tempat menyimpan oleh orang Jawa ternyata dapat menjadi sumber rejeki bagi sebagian orang. Kerajinan tumbu yang masih eksis di tengah serbuan barang impor dapat ditemukan di Kabupaten Boyolali, salah satunya usaha pembuatan milik Wardi yang beralamat di dusun Kalangan no 018, RT01 RW01, desa Kalangan, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Wardi mengatakan awal mula dirinya membuat tumbu ialah dari turun temurun, dari orang tua lalu diajarkan ke anaknya, dan usahanya ini sudah ia tekuni selama kurang lebih 25 tahun. “Desa Kalangan dulu terkenal sebagai pengrajin tumbu, karena banyak yang membuat tumbu dan anyaman bambu lainnya, namun sekarang tersisa sekitar 2 KK saja, disini dan di dusun Karanglo,” kata pria 57 tahun ini.
Ancaman punahnya pengrajin tumbu di Desa Kalangan mendekati kenyataan karena mayoritas pengrajin tumbu di desa Kalangan merupakan usaha sambilan karena mata pencaharian utama adalah bertani. Kegiatan membuat tumbu juga masih sebagai pengisi waktu luangbagi ibu-ibu dan lansia.
Wardi menceritakan proses pembuatan tumbu adalah sebatang bambu dibelah menjadi 2 bagian, dipotong kecil-kecil atau dibelah tipis untuk kemudian dikeringkan dan dianyam. Satu batang pohon bambu biasanya jadi 2-3 buah tumbu.
Wardi membeli bambu dari tetangga sekitar dengan harga sepuluh ribu rupiah untuk setiap bambunya. Bambu yang digunakan adalah jenis bambu apus karena tidak mudah patah dan seratnya halus. Bambu yang digunakan biasanya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua sehingga mudah untuk dianyam.
Untuk pemasarannya, tumbu buatan Wardi dijual ke pasar Kacangan hingga pasar Karanggede. Wardi menjual satu tumbu seharga sepuluh ribu rupiah. Wardi juga menerima pesanan tumbu selain menghasilkan tiga buah tumbu dalam satu hari. Keuntungan yang di dapat Wardi dalam sebulan tidak dapat dipastikan, bergantung pada sedikit banyaknya tumbu yang terjual.
Kendala terbesar yang dihadapi Wardi selain modal adalah perkembangan jaman yang membuat tumbu sudah tidak diminati lagi sehingga pendapatannya pun menurun.
“Dulu banyak sekali peminat tumbu dan di Desa Kalangan ini banyak sekali perajin tumbu, sekarang permintaan sedikit mungkin karena jadul dan tidak menarik lagi, ujarnya”. Dia juga berharap bantuan pemerintah untuk membantu mengembangkan usahanya tersebut.